Kamis, 16 Juli 2009

Buletin Edisi 2 /Th I/Agustus 2009














Foto-foto sebelum renovasi gudang Masjid At Tammimah


Salam dari redaksi

Jika kita dalam hidup tidak memberi dan tidak berkorban untuk orang lain, maka tidak ada keuntungan apapun dari jerih payah kehidupan ini. Hidup sejati adalah ajang perlombaan adu banyak memberi dan adu banyak berkorban, siapa yang paling banyak memberi dan berkorban maka dialah yang paling banyak untungnya.
Mari mencari uang agar bias memberi uang,mari berusaha mencari ilmu agar bisa memberi ilmu. Kalau kita tidak punya apa-apa yang akan kita beri kita masih bisa memberi budi pekerti yang baik dengan berperilaku senyum dan ramah tamah pada siapa saja. …………….

REZEKI, mata uji madrasah kehidupan

Rezeki dalam kehidupan manusia persis ibarat air hujan terhadap tanaman. Ketika curah hujan cukup, tanaman pun kian menghijau, berbunga dan akhirnya menghasilkan buah. Bedanya dengan tanaman, manusia mestinya tak perlu layu ketika rezeki tak kunjung turun.
Namun sifat manusia selalu tergesa-gesa. Kala rezeki tak menetes dari langit, tak sedikit orang berfikiran pendek. Frustasi, memilih layu dan gugur tanpa arti. Media massa pernah mengabarkan seorang ibu dengan menggendong balita menceburkan diri ke air danau berkedalaman puluhan meter. Media juga mencatat seorang ibu membakar dirinya karena bingung tak lagi punya uang untuk makan. Ia hangus terbakar bersama dua balitanya yang sedang sakit.
Rasa lapar kadang membuat manusia kehilangan akal sehat dan martabat. Media pernah memberitakan seorang suami tega”menyewakan” istrinya ke lelaki lain lantaran tak punya uang untuk mengontrak.
Sedihnya sebagian besar mereka muslim. Entah apakah mereka pernah sempat mendengar di tempat pengajian bahwa urusan rezeki sangat berkaitan dengan keimanan seseorang. Rezeki selain sebagai anugrah, juga sarana ujian : seberapa tinggi mutu keimanan seorang hamba Allah ketika ia mendapat takaran rezekinya berlebih. Memang tidak semua sisi yang berhubungan dengan rezeki menjadi urusan pribadi. Makmur tidaknya seorang anak manusia, boleh jadi sangat berkaitan dengan kebijakan pemerintahnya, penyediaan lapangan kerja, pemberian subsidi buat bahan pokok, kemudahan pinjaman modal adalah diantara bentuk kebijakan yang sangat berpengaruh pada kemakmuran warga sebuah bangsa.
Namun, ketika kenyataan tidak seperti yang di inginkan semua kembali pada kekuatan pribadi masing-masing.
Dan salah satu kunci kekuatan adalah benteng keimanan. Inilah yang akhirnya sangat menentukan apakah seorang hamba Allah bisa tahan dengan problem rezeki. Ada beberapa lubang kesalah pahaman soal rezeki yang kerap kali menjebloskan seseorang kedalam kubangan kehinaan. Lubang ini
akan terus berubah bergantung pada siapa yang akan menjadi target. Pertama, anggaplah bahwa rezeki sebagai kunci segala masalah. Inilah yang akhirnya menjadikan seseorang mengalami pergeseran tujuan hidup. Karena rezeki jadi sumber solusi, rezekipun menjadi tujuan, bukan lagi sekedar sarana yang boleh ada boleh tidak. Orang yang terjeblos pada anggapan ini akan menghalalkan segala cara. Apapun ia tempuh asal dapat banyak rezeki. Dan jika rezeki luput ia akan putus asa. Baginya kehidupan tak lagi punya arti tanpa rezeki. Padahal Allah telah berfirman :

“(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri ( Al-Hadiid : 23 )

Dalam cakupan yang lebih besar, pengalaman membuktikan bahwa kejatuhan seorang muslim termasuk para dai dan ulama karena terjeblos pada lubang jenis ini. Merekapun dipermainkan kepentingan materi.
Kedua anggaplah, bahwa rezeki berbanding lurus dengan tingkat ketaqwaan seseorang kepada Allah swt. Anggapan ini yang diantaranya menjadi sebab tergelincirnya hamba-hamba Allah dari keikhlasan, bahkan mungkin bisa berubah menjadi kufur. Tidak semua bentuk kasih sayang Allah swt terlimpah langsung di kehidupan dunia. Boleh jadi pengecilan takaran rezeki buat seseorang adalah diantara bentuk kasih sayang Allah terhadap orang itu. Karena tidak tertutup kemungkinan orang justru jadi tidak lagi taat ketika rezekinya berlimpah.
Hal inilah yang dialami salah satu pengikut sekaligus keluarga dekat Nabi Musa a.s yaitu Qarun. Ketika pintu rezekinya terbuka lebar, justru ia malah berubah menjadi kufur seperti diceritakan dalam Al-Qur’an pada surah Al-Qashash 76 :


“Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa ( anak paman Nabi Musa ), maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugrahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. ( Ingatlah ) ketika kaumnya berkata kepadanya : ‘Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membangga- kan diri ( Al-Qashash : 76 ).

Kalau rezeki berbanding lurus dengan tingkat taat dan taqwa, tentu orang yang paling kaya diseluruh dunia adalah para Rasul, sahabat, dan orang-orang yang saleh. Namun fakta sejarah tidak mengatakan itu. Sebaliknya, merekalah yang selalu berselimut sederhana. Bahkan Rasulullah saw pernah berpuasa setelah mendaptkan kabar dari istrinya kalau isi dapur memang benar-benar kosong.
Rezeki adalah salah satu diantara sekian mata pelajaran yang Allah ujikan dalam madrasah dunia ini. Banyak rezeki ujian, begitupun ketika sedikit. Jangan sampai kita tidak pernah lulus di dunia yang sementara ini. Banyaknya menjadi boros dan sombong, sedikitnya menjadi putus asa dan kufur. Faidza azamta fatawakal alallah…………./ t

SEKILAS INFO AT-TAMIMMAH.

Tepatnya pada tanggal 28 Juni 2009, TPA masjid At-Tammimah telah meluluskan siswa-siswanya. Ada sekitar 70 siswa dan siswi yang tergabung dalam TPA ini, dengan staf pengajar yang aktif sekitar 6 orang. Sudah barang tentu dengan siswa dan siswi yang lumayan banyak ini, tempat adalah salah satu kendala utama. Dengan segala keterbatasan sarana dan prasarana, TPA ini terus berusaha melahirkan generasi-generasi penerus pemegang panji-panji ilahi. Kedepannya tentu saja hal ini merupakan salah satu PR terbesar kita semua untuk menyajikan sarana dan prasarana tersebut, untuk melahirkan generasi penerus islam sepanjang jaman yang lebih baik. TPA yang statusnya berada di bawah naungan DKM dan berinduk pada Yayasan Kaffah ini hingga saat ini masih membutuhkan uluran tangan kita semua.
Sehubungan dengan masalah tempat, saat ini pun DKM At-Tammimah sedang fokus pada pembangunan fisik masjid. Setelah selesai pembangunan plafon pada tahap pertama, saat ini DKM At-Tammimah sedang membangun gudang untuk penyimpanan peralatan serta kitab-kitab yang sudah dimiliki. Gudang tersebut berada sisi selatan bagian barat.

Sebenarnya pembangunan ini sudah dimulai sejak lama, namun dikarenakan keterbatasan dana pembangunan ini dilakukan bertahap. Untuk pembangunan tersebut DKM mentargetkan dapat selesai sebelum ramadhan tiba. Hal ini berkaitan dengan penambahan kapasitas jamaah dimana space yang selama ini dipergunakan untuk peralatan dapat di gunakan untuk shalat berjamaah.
Dari estimasi yang ada, diperkirakan pembangunan tersebut akan memakan biaya Rp. 5.600.000. yang meliputi perbaikan dinding, lantai dan plafon atas.

Pembangunan fisik ini akan terus dilakukan sesuai dengan dana yang tersedia. Bantuan dan uluran tangan dari para donatur dan dermawan sangat di butuhkan. Dalam hal ini DKM memberikan kesempatan yang luas-luasnya kepada warga yang ingin menjadi donatur.

Sedangkan program-pogram yang sedang di godok DKM saat ini untuk menambah dan menunjang program yang sedang berjalan adalah sbb :

1. Ceramah umum setiap 2 bulan sekali, event ini dapat dihadiri oleh siapa saja. Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu bahkan para remaja sekalipun dapat mengikuti acara ini.
2. Perpustakaan Masjid. Tentu saja untuk menunjang pengetahuan para jamaahnya serta menumbuhkan minat membaca yang tinggi.
3. Mengisi kembali mading masjid, sebagai salah satu media informasi dan untuk menambah wawasan pengetahuan para jamaah. Rencananya akan di terbit 2 bulan sekali.